![](https://bidikin.net/wp-content/uploads/2022/02/Untitled-e1645938948839.png)
Saya seorang anak penjahit sekaligus petani yang hidup di kaki gunung Sumbing. Kuliah merupakan mimpi saya. Ketika duduk di bangku SD, setiap kali ditanya apa mimpi saya, saya selalu menjawabnya dengan yakin “Saya ingin Kuliah”. Namun seiring berjalanya waktu, mimpi itu hampir sirna ketika saya menyadari kebenaran dari orang-orang disekitar saya yang mengatakan “saya tidak pantas kuliah”. Hal tersebutlah yang menuntun saya masuk Sekolah Kejuruan dengan dalih setelah lulus dapat bekerja membantu ekonomi orang tua.
Perahu masih berlabuh dan muara ombak mengantarkan pada tujuan yang lebih jauh lagi. Saya mendapatkan informasi mengenai beasiswa yang dapat menuntun saya berlabuh ke mimpi terbesar saya. Beasiswa tersebut adalah Beasiswa Bidikmisi. Hal ini membuat saya bergegas berjuang dengan keras. Sampai akhirnya perahu yang saya tumpangi dapat berlabuh dengan sempurna di pesisir impian. Saya dapat menempuh pendidikin tinggi tanpa harus membebani orang tua dengan berbagai pembayaran kuliah. Momen yang indah ini seakan menjadi hadiah terindah dari tuhan di bulan yang suci ini, bulan Ramadhan. Saya diterima di Universitas Negeri Semarang dengan status mahasiswa Bidikmisi.
Berliku namun penuh kejutan dari-Nya, proses belajar selama menjadi mahasiswa S1 sangat menarik. Keterbatasan tetap ada, namun bukan itu yang menjadi poin fokus saya. Doa, usaha, dan berserah pada-Nya menjadi circle yang terus berulang seperti gelombang lautan. Teman yang baik merupakan kado kedua dari-Nya. Mereka selalu membantu saya, hingga julukan “Tebengers” menempel pada diri saya. Julukan yang sesuai karena setiap ada aktivitas kampus seperti lomba, delegasi, bakti sosial, hingga kegiatan kumpul organisasi saya selalu di barengi. Selain itu, laptop dan motor tak luput pula saya dapatkan dari teman yang baiknya tiada terkira, kalau dihitung-hitung sudah 2 tahun saya mendapatkan pinjaman laptop tersebut. Masyaallah tiada nikmat yang bisa didustakan.
“Usaha tak pernah menghianati hasil” pepatah ini saya rasakan sekarang. Menjadi mahasiswa lulusan terbaik 2 di Universitas Negeri Semarang pada Oktober 2016 dan mahasiswa berprestasi utama 2 tingkat Universitas Negeri Semarang tahun 2015 sudah terkantongi. Bukan kehebatan saya, namun lingkungan yang terus mendukung dan baik terhadap saya menjadi alasanya. Saya pun semakin yakin bahwa rejeki itu luas, jika kita sadar dan mau mensyukurinya.
Seperti mimpi-mimpi yang saya yakini dan telah terwujud, saya meneruskan untuk bermimpi lebih tinggi lagi. Selepas lulus S1 berusaha mencari jalan untuk kuliah S2, sembari meyakinkan keluarga di tengah kondisi yang masih seadanya. Bersyukur berkat restu orang tua akhirnya saya tahun 2017 dinyatakan lulus beasiswa LPDP afirmasi alumni bidikmisi. Saya semakin yakin bahwa selalu ada jalan jika kita berjuang. Kini keluarga dan lingkungan saya memahami bahwa ukurannya bukan hanya materi, namun ilmu pun anugerah yang luar biasa yang harus disyukuri.
Tidak pernah terbayang bagaimana rasanya menjadi mahasiswa pascasarjana UPI. Namun ternyata ini nyata, saya anak desa yang kini berjuang agar bisa “setara” seperti “mereka”. Hambatan-hambatan itu akan tetap ada, maka di sinilah tugas kita untuk bertahan dan bermimpi lebih tinggi lagi. Doa saya semoga semakin banyak teman seperjuangan, agar bisa saling membagi energi dan harapan bahwa KITA BISA.(*Abdul Kholiq)
Dengan beasiswa ini sangat membantu biaya tungakan kulia saya